Minggu, 26 Juli 2009

Wawancara dengan Heinrich Böll Werner Koch

Wawancara dengan Heinrich Böll
Werner Koch

(Tuan Böll, bagaimana anda menulis, kapan anda menulis, dimana anda menulis - perlukah anda menulis di sebuah rumah keluarga, mungkin di rumah peristirahatan di Irlandia atau di sini di apartemen Köln-Muengersdorfer, atau cukup di sebuah kamar hotel yang tak terlalu pribadi?)

Saya bekerja sangat pelan, tapi kalau menulis sangat cepat, kebanyakan pada siang hari, antara jam 10.00 sampai jam 14.00, untuk menjawab pertanyaan; bagaimana dan kapan. Ya dimana sampai sekarang saya berada, saya tidak tahu, bagaimana nanti di masa tua, agaknya sama saja. Saya perlukan sebuah rumah keluarga, tapi rumah keluarga itu sudah cepat tersedia - saya sebenarnya hanya perlu sebuah meja, yang tak bergoyang, sebuah kursi, yang cocok dengan mejanya, dan di dekatnya ada tempat yang memungkinkan untuk mencuci tangan - tak lebih dari itu.

(Nah, bagaimana anda menulis, apa anda menulis dengan tangan, dengan tangkai pena, dengan mesin ketik?)

Ah, itu yang kau maksud. Ya, saya biasanya menulis langsung di mesin ketik, lalu dikoreksi - dan pengoreksian ini yang banyak kerjanya - dengan tangan, dengan sebuah pensil.

(Anda mulai dengan sebuah roman dan menulisnya tak sampai tamat - apakah itu sudah di rencanakan?)

Ya, itu sudah direncanakan. Bahkan kejadiannya juga sudah dipikirkan, bahwa saya akan menulis sebuah roman hingga tamat dan keduanya tak di publikasikan.

(Adakah konsep dasar yang singkat dan tepat? Tidakkah tema itu memuaskan anda?)

Bila roman itu sampai tak selesai, mungkin dasarnya, bahwa saya tak bisa bertahan, atau romannya sendiri yang tak tahan - dia juga harus ikut serta, bukan, saya mengumpamakannya - sekarang dia sebagai kata ganti orang - sebagai seorang partner, yang ikut bersama terlibat; meski kadang materinya tak mudah, kemudian mengalir begitu saja, kirim - selesai. Dan yang tak di terbitkan, yang memang menurut saya tak menarik dan yang saya anggap tak berkwalitas.

(Sebuah pertanyaan menggebu yang kurang sopan: Berapa jumlahnya itu?)

Ada empat - tiga atau empat, tapi bagi saya yang terpenting adalah pengalaman berkarya itu, luar biasa pentingnya, kadang lebih penting ketimbang dari karya yang sudah saya terbitkan. Karya yang tak berhasil saya selesaikan itu, kadang saya belajar lebih banyak darinya.

(Untuk memutuskan, apakah sebuah roman sekarang sudah layak di terbitkan atau tidak, menurut keputusan anda sendiri atau anda tanya kepada istri?)

Pada prinsipnya saya putuskan sendiri, namun istri saya juga ikut terlibat di dalamnya.

(Tuan Böll, sebelum anda memulai sebuah roman, sudahkah plot/alurnya di tentukan, tahukah anda, apa yang akan datang, tahukah anda, apa yang akan terjadi, tahukah anda sebagai penutupnya?)

Tidak, hal itu tak bisa di tentukan, khususnya, karena plot sebagai apa adanya, sehingga dalam tehnik pembuatan isi epos plot, tak menarik. Saya tertarik pada orang-orangnya, situasinya, peristiwa-peristiwa di dalamnya - lalu apa yang orang sebut sebagai isi plot yang sebenarnya, aksi, tak bisa di tentukan.

(Kemudian itu akan terjadi dengan sendirinya...Sebuah contoh: Anda telah memulai membuat sebuah roman, sudah selesai 100 halaman, Anggapan anda adalah, roman itu sudah begitu dan terus mengalir saja, tapi bukankah kemudian roman itu harus di plot dengan haluan yang baru...)

...Saya tak tahu persisnya, kemana roman itu terus melaju, terutama seluk beluknya, bila saya sudah menyelesaikannya - katakanlah konsep pertama, konsep acak-acakan, konsep kedua dan seterusnya -, bekerja "dari belakang ke depan", baru bisa ditemukan susunan peristiwanya yang pertama, dan kadang juga harus merombak dari belakang ke depan, di tengah, harus di pindahkan, sejauh ini saya tak tahu, bagaimana karya harus mengalir, seperti plot yang berjalan.

(Tuan Böll, bagaimana hubungannya antara penulis dengan orang-orang pelaku dalam roman, sejauh mana anda menjaga jarak dengan mereka, dan sejauh mana anda merasa bersaudara dengan orang-orang pelaku itu. Bisakah digambarkan.)

Ya, sulit menjelaskannya, tahukah anda, bagaimana semua masalah itu secara alami mirip tak bisa diterangkan, dan mirip juga dalam kata, hubungan antara penulis dengan orang-orang pelaku, orang-orang pelaku dengan penulis- sebuah percobaan kemiripan dari kedua belah pihak, kadang saya tak hiraukan saja, saya anda, tapi itu harus ada sebuah jarak, meski minimal sekalipun, kalau tidak hal itu berada di sampingnya,- saya juga berpendapat, bagaimana seandainya penulis itu juga seorang pelaku, katakanlah, saya menulis sebuah buku otobiografi, harusnya saya makin membuat jarak. Dan orang-orang pelaku dalam roman-roman itu banyak - sebenarnya saya mencoba untuk membebaskan mereka dan menempatkan mereka pada posisi yang adil, utamanya hal-hal yang saya anggap tak simpatik, dengan demikian saya bisa temukan mereka sebagian besar.

(Sebelum anda menulis sebuah roman; apakah anda membuat semacam catatan kecil, dan jika ya, bagaimana bentuk catatan kecil itu?)

Saya tidak membuat catatan kecil sama sekali, hanya menulis beberapa kata-kata penting, orang-orang pelaku, kejadian pada suasana-suasana khusus, itu hanyalah coretan-coretan yang tak rapi, yang kemudian akan memainkan peran penting. Sebenarnya hasil itu muncul saat orang sedang menulis karya sastra.

(Seandainya saya mempunyai coretan-coretan semacam itu, tak bisakah saya mulai menulis?)

Tentu saja juga berlaku buat anda. Disitu khan sudah ada beberapa kata, bagi saya itu bisa berarti satu bab, apa yang tersirat di kepala saya, tapi bagi anda bisa berarti kosong. Misalkan saja: asbak rokok atau sesuatu yang lainnya, mengertikah anda, bagi saya itu hanyalah sebagai alat bantu saja, yang kadang dalam perkembangan selanjutnya sama sekali tak ada fungsinya - hanyalah sebuah petunjuk. Saya tak menggunakan persiapan study, kira-kira, kita katakan persiapan study materinya.

(Tak ada kesadaran.)

Tak ada kesadaran, juga tak ada inti dalam karya sesuai ilmu pengetahuan.

(Sebuah pertanyaan yang sangat sederhana, karena saya terpikat: Bagaimana anda menemukan nama-nama dalam roman anda?)

Saya temukan, sebagian besar sudah di rancang, sebagai daya cipta dari penulis, nama-nama apa saja yang cocok dan terbatasi, kemudia semua muncul, tapi juga banyak yang tak bisa ditemukan.

(Sekarang, dalam roman "Murkes" tak ada - bukan?)

Tidak, saya pikir tidak, yang saya ciptakan, tak saya kontrol. Tapi penulis mengalami begitu saja, karena dia menulis orang-orang pelaku: Dengarkan dulu, bagaimana anda bisa sampai pada hal demikian, untuk membelokkan nama- nama saya! Nama-nama itu bagi saya sangat penting, nama-nama, karena sebuah yang luar biasa saja- kita namainya sebagai kwalitas ungkapan perasaan puitik bagi saya, nama-nama, nama depan, nama keluarga adalah sangat penting, dan oleh karenanya saya menciptakan seperti itu.

(Anda baru saja mengatakan, anda mengalami langsung melalui pembaca anda. Adakah reaksinya, hubungan yang berarti dengan penulis, meskipun pembacanya selalu menggunakan anonim- adakah yang demikian?)

Ya, tentu ada, maksud saya bukan pada sebuah catatan nilai statistik, yang minimal- ada reaksi-reaksi, pada orang-orang yang marah atau tidak atau dengan menulis, tapi pada prinsipnya saya dalam pengekspresian semacam itu tak bisa memberi alasan, karena dalam sebuah roman, bila sudah selesai,sudah dicetak, sudah beredar, bagi saya berarti sudah tak hidup lagi, juga orang-orang pelakunya sama sekali tak ada lagi - saya tak akan mengurus lagi, saya akan mengurus yang berikutnya, dan bergeraklah saya - mengertikah anda?

(Ya, pertanyaan yang lain: sebuah roman yang ditulis dalam bentuk "Saya", misalnya "Roti tahun yang lampau" (Das Brot der frühen Jahre). Sangat sederhana: Siapakah tokoh "Saya" dan mengapa tokoh "Saya" itu sekarang bukan sebagai "Dia"?)

Tokoh "Saya" bukanlah siapa-siapa, itu juga bukan sebagai tokoh "Dia", melainkan Saya adalah saya saja hanya kata ganti orang saya . milik saya - saya (mir: sebagai pelengkap penyerta), saya (mich: sebagai pelengkap penderita), jadinya begitu, saya pikir, perlu pembiasan-.

(Ya, tapi anda memilih contoh pada "Roti tahun silam" (Das Brot der früheren Jahr) memakai bentuk "Saya", sedang contoh lain dalam "Murke" memakai bentuk "Dia". Adakah dasarnya?)

Tentu, itu ada dasarnya. Bila "Saya" untuk saya (pelengkap penderita) hanyalah sebagai materi bahasa - berikutnya, sebuah ungkapan dasar, yang dapat diikuti, tentunya, bisa bervariasi - anda bisa membandingkan dengan sebuah lukisan, katakan saja seorang pelukis mengambil warna dasar merah, disitu ada banyak jenis variasinya. Pada pokok bahasan ini "Saya" hanya sebagai sebuah materi kata. Tentu saja ada kelanjutan sebuah masyarakat dan psikologisnya, mengapa saya memilih "Saya", dan sebagai penanggung jawab dalam menghasilkan karya. Langkah selanjutnya adalah mudah, hanya berpatokan pada seni, dan buat saya dengan amat luar biasa untuk berusaha menjaga dengan orang pelaku. Saya yang sebagai orang asing itu, yang saya tulis sebagai bentuk "Saya", buat saya merupakan jarak yang amat jauh dari pada setiap "Dia". Kalau dibesar-besarkan, bila saya akan menulis otobiografi, saya akan tulis dalam bentuk "Dia". Berikutnya amatlah mudah hanya materi bahasa saja dan suasana tekanannya dimana, tak setiap bentuk "Saya" dalam buku selalu sama.

(Tuan Böll, kalau saya tak salah, anda belum pernah menulis sajak- mengapa?)

Saya sudah pernah menulis sajak.

(Saya belum pernah membaca sebuahpun?)

Beberapa sudah saya terbitkan, bahkan beberapa tahun silam, memakai nama samaran: dalam cetakan yang terbatas. Saya dulu waktu masih muda banyak menulis sajak dan terus saja menulis sajak itu.

(Tapi dengan nama samaran apakah tidak sia-sia?)

Kemudian memakai nama saya - beberapa diantaranya juga saya buang, tapi saya masih menulis beberapa. Saya melihat sesuatu pada diri saya.

(Tuan Böll, pada setiap roman anda terdapat beberapa versi, saya tahu, ada lima, enam versi yang berbeda. Yang membuat saya penasaran: bagaimana arah jalan dari versi pertama yang tak terkoreksi sampai ke lima, terakhir, versi yang sudah dikoreksi: Apakah anda merubahnya terutama agar agak formil, atau membiarkan begitu saja tak terartikan secara tepat.)

Sulit untuk menerangkannya, saya akan mencobanya. Tentunya ada yang tak setiap lima, enam versi, kadang ada dua, tiga, empat - minimal katakanlah tiga. Itu artinya bukan setiap versi ditulis seluruhnya baru. Saya akan coba untuk menjelaskannya. Ada langkah yang berbeda yang kadang terlalu jauh melaju, dan saya harus menarik kembali dari keseluruhannya dan memulai lagi dari depan. Katakanlah tujuan khususnya mengambang, bila anda mengukur dengan secara geografi, ambillah geografi yang datar - kita katakan saja misalnya, saya akan pergi ke gereja St.Peter di kota Köln, saya dapat saja mencapai tujuan itu dengan berbagai jalur, dan saya bisa saja mengulur waktu yang berbeda-beda dari berbagai tempat lain untuk mendekatinya - dalam pemahaman ini saya perlu berbagai langkah, ukuran waktu, kadang saya berhasil dari segi waktu, berhasil menghadapi rintangan di jalan, yang keduanya harus saya urus, mengertikah anda, saya akan mencoba memberi tekanan yang sangat jelas. - dan kami katakan, orang-orang pelaku yang usil masuk ke dalam sebuah roman, berhamburan, itu harus dikeluarkan. Dengan demikian tak akan berakibat pada sebuah komposisi baru seluruhnya. Dalam pemahaman inilah disebut versi baru.

(Apakah versi terakhir pada umumnya selalu lebih pendek dari yang pertama?)

Ya, tentu jauh lebih pendek.

(Apakah kasus itu berlaku secara umum?)

Ya, pada umumnya kasusnya begitu. Dasarnya adalah konsentrasi pada peristiwa utama, yang berbagai versi, yang dirasa akan mubazir harus dikeluarkan, lalu bagian mubazir yang mana yang masih saya pertahankan -apakah itu mubazir, mudah-mudahan daya pikirlah yang memutuskan...

(...Tak bisa diperinci lagi?)

Ya, sudah terlambat. Tapi itu saya putuskan sendiri.

(Tuan Böll, Franqois Mauriac, yang anda puja itu, seperti yang saya perkirakan, telah menyebut sebuah roman adalah "sebuah bentuk sastra yang tersempurna" (vollkommenste literarische Form). Anda sendiri pernah mengatakan - saya kutip sekarang: "Cerpen adalah selalu yang terindah dari seluruh bentuk-bentuk prosa" (Die Kurzgeschichte ist immer noch die schönste aller Prosaformen). Anda masih mempertahankan keyakinan itu, siapa yang benar: Mauriac atau Böll?)

Saya tak berpikir, bahwa sebuah pertanyaan, apakah Mauriac benar atau saya. Saya tetap dalam pendirian saya, dan saya pikir, sangatlah sepele semata-mata hanya perbedaan nasional saja - maaf dengan kata "nasional" (national) dalam hubungannya -, dengan tradisi roman Perancis, yang sudah amat awal dimulai dan juga pada abad 19 dengan Stenhal dan Balzac dan Flaubert yang telah berhasil dengan gemilang - di Perancis mungkin Roman sebagai bentuk Prosa yang paling di tekankan, di Jerman berbeda.

(Tapi bukankah hal yang mudah untuk dikatakan, bila Cerpen adalah bentuk khas Amerika?)

Tidak, saya pikir lebih dulu - adalah sebuah teori, yang hanya bisa saya buktikan dalam masalah ini (ad hoc) -, bahwa Cerpen Amerika melewati jalan yang berputar ke Jerman baru menuju ke Amerika - cikal bakalnya - pengaruh Romantik, termasuk dongeng, dan semua bentuk sejenisnya. Di Inggris bentuk prosa pendek juga menjadi idaman. Mungkin sekali karena berhubungan erat dengan pengandaian faktor bahasa, yang mudah - sebut saja begitu - bahasa dengan keselarasan bahasa Jerman ada kecenderungan. Di Jerman saya sangat yakin, bahwa Cerpen, Dongeng, atau seperti biasanya orang menamainya - ada banyak bentuknya - seperti yang saya utarakan bagi kami sebagai tekanan dalam bahasa Jerman, sementara bagi orang Perancis, dongeng, cerita juga, apakah itu cerita pendek atau panjang, dulunya tak pernah menarik. Itu bedanya. Saya tak percaya sama sekali, orang bisa mengartikan dari seluruh perbedaan itu secara tepat.

(Bukan untuk mencari penemunya, tak bisa di pukul rata saja?)

Tidak, hal itu selalu subjektif, bagi saya Cerpen merupakan bentuk yang terkuat dalam Prosa.

(Tuan Böll, anda pernah mengatakan saat membacakan "Wuppertaler Rede" di tahun 1958, bahwa anda sebagai pecinta yang bernafsu pada bahasa. Sekarang sebagai pecinta bahasa yang bernafsu, bila anda memposisikan "tehnik pencapaian pengertian" (terminus technicus), sebuah bentuk erotik. Apakah kalau dihubungkan dengan penulis Böll, bahasanya juga erotis?)

Saya pikir, ya. Saya tak bisa menjawab yang begitu saling erat hubungannya, bisa saja nanti berbeda. Erotik mungkin berhubungan dengan bentuk, apa yang saya katakan: langkah, untuk mendekatkan. Pendekatan itu ya juga sebuah pengertian erotis. Perebutan adalah sebuah pengertian erotis, yang berlaku untuk militer juga, satu diatas yang lainnya. Saya pikir itu sebuah bentuk perebutan dengan bahasa, tujuan, dan itu merupakan sebuah peristiwa erotis yang murni, dan kadang bahkan tak berhasil, oleh karenanya menjadi roman yang bernasib buruk, yang hilang, tak berhasil dalam percobaan perebutan.... Hal itu bisa disebut sebagai peristiwa erotis. Saya pikir, anda benar.

(Sebuah roman muncul kapanpun, bagaimanapun, dimanapun. Waktu yang tepat, barangkali penulis sendiri tak mengetahui saat itu, bahwa dia akhirnya akan selesai? Sejak dari awal prosesnya, memakan waktu cukup lama, bertahun-tahun lamanya, bisakah hal itu di tetapkan, di rumuskan?)

Ya, tiba-tiba sampai ke tema itu, katakanlah, sebuah ide, yang tak penting, ide itu hanyalah sebuah perumpamaan, dan untuk ide itu saya perlukan- ya, bagaimana saya menyebutnya? Bukan lingkungan, bukan medan - saya perlukan tempat khusus yang cocok. Saya tak bisa menerangkan sebuah contoh. Bila anda mengambil contoh roman "Diamnya Doktor Murkes" (Doktor Murkes gesammeltes Schweigen), dimana ide diam ini sangat penting peranannya, untuk roman itu, saya perlu waktu dua tahun, untuk mencari tempat yang cocok. Tentu saja tempatnya di stasiun penyiaran radio dan TV atau tempat yang cocok dengan lingkungan ini, tapi untuk menemukan orang-orangnya, suasana, cuaca, semuanya - bisa memakan waktu dua, tiga tahun, bila itu berhasil, itu merupakan sebuah bagian dalam peristiwa yang murni, sejarah yang cepat selesai ditulis, mungkin dalam dua, tiga hari saja. Tapi tentu begitu banyak roman, yang menyangkut di kepala saya dan lupa lagi dan tak sempat ditulis, dimana idenya hilang, dimana kita tak bisa katakan padanya, dimana hubungan erotisnya tak terjadi. Waktu yang tepat dapat saya katakan, bila saya sudah akan menulis catatan-catatan: hari ini dan ada ide - apa yang saya tak lakukan.

(Anda tak membuat buku harian?)

Tidak

(Seorang penulis yang tidak membuat buku harian, Tuan Böll, rasanya tak umum - atau?)

Saya harus koreksi sesuatu, tak pakai buku harian, dalam pengertian kata-kata dalam buku harian - meskipun tak pakai, berisi juga masalah-masalah terdalam saya atau informasi-informasi sesuatu, pada seseorang yang simpatik. Saya membuat buku harian dalam bathin - katakanlah sebuah pekerjaan yang membuang-buang waktu saja, padahal masih biasa. Jadi sederhana saja, buat catatan-catatan kapan dan apa yang telah saya lakukan dan dimana saya saat itu - hanya itu saja, cukup.

(Apakah bisa menyelesaikan dengan tepat?)

Tidak, tidak - karena saya pada usia yang tertentu, kalau 10 tahun lalu, saya pikir: Oh Tuhan, apa yang sebenarnya kau lakukan sepanjang waktu?

(Sekarang, anda senantiasa telah begitu banyak berbuat?)

Ya, tentu, tapi saya ingin mengoreksi diri sendiri - kapan dan dimana saya, apa yang telah saya perbuat dan sebagainya.

(Jadi buku harian anda juga sebuah pedoman yang bisa buat buku?)

Ya.

(Kalau begitu tak perlu ada pengarang?)

Bukan, tak ada hubungannya dengan penulis sama sekali, benar-benar membosankan untuk masalah yang sepele saja memerlukan buku catatan, yang tak ada sangkut pautnya dengan karya saya.

(Tuan Böll, bolehkah saya membacakan sebuah kalimat untuk anda - kalimat itu bunyinya: "Pada hari, Hedwig tiba, adalah hari Senin, dan pada Senin pagi itu, sebelum pemilik rumah saya menyodorkan surat dari ayah di bawah pintu, saya lebih suka menutup wajah saya dengan selimut, seperti biasa saya lakukan dulu, ketika saya masih tinggal di rumah praktek kerja." (Der Tag, an dem Hedwig kam, war ein Montag, und an diesem Montag Morgen, bevor meine Wirtin mir Vatrs Brief unter die Tur schob, hätte ich mir am liebsten die Decke übers Gesicht gezogen, wie ich es früher oft tat, als ich noch im Lehrlingsheim wohnte). Masih ingatkah anda dengan kalimat ini, yang dimulai dari roman "Roti tahun silam" (Das Brot der fruhen Jahre). Sekarang, setelah saya membacakan kalimatnya, saya bertanya, siapa tokoh Hedwig itu, siapa pemilik rumah itu, siapa ayah itu, siapa "Saya" itu, dan apakah pekerjaan orang itu, yang di tulis dalam bentuk "Saya", di tempat praktek kerja. Pertanyaan saya: Bukankah itu terlalu banyak untuk ukuran satu kalimat? Saya harus berulang kali membacanya dan mencoba memahaminya, atau saya harus menyesuaikan: menunggu waktu sampai mengetahui apa yang akan datang lagi. Apakah alasan anda?)

Ya, sebenarnya saya sudah sedikit memahami dari kalimat itu, saya tak punya maksud tertentu, bagi saya kalimat itu bagaikan cara saja untuk menerangkan dari keseluruhan buku, dan apa yang sudah termuat dalam urutan isi buku. Kemungkinannya memang sulit, kalimat saja untuk di baca, sebagai bagian pertama, yang meyakinkan saya, tapi saya tak bisa banyak berbuat, mungkin saja pembaca harus membacanya dua kali.

(Anda tak menentang itu?)

Tidak, saya pikir itu benar, hanya saja sebuah hal yang sangat sulit, tapi saya pikir, itu hanyalah cara mengungkapkan dari keseluruhan buku pada kalimat pertama, kemudian sampai pada hasil karya. Dan tahukah anda, sebagai penulis saya tak terlalu memusingkan hal seperti itu, betapa sulitnya dibaca oleh pembacanya, saya tak hiraukan itu, bila anda mau, saya akan berikan tekanan tertentu dan mencari tekanan-tekanan itu, pilih lah - apa yang akan terjadi, itu bukan urusan saya lagi.

(Bisa jadi, buku terbaik dari Heinrich Böll tak dibaca orang?)

Itu bisa terjadi.

(Anda tak terganggu dengan itu?)

Tidak. Saya hanya menyesali, tapi saya tak merasa terganggu - saya harus mengekspresikan begitu.

(Tuan Böll, anda lahir tahun 1917, anda tahun 1947 berusia 30 tahun. Anda dulu kawin, anda punya anak, dan anda harus "menafkahi semua itu". Pertanyaan saya: Anda dulu seorang penulis, anda ingin jadi penulis, anda perlukan uang, anda perlukan keberhasilan - dalam situasi kerja yang memaksa seperti itu: apakah bukan menjadi hambatan? Atau bahkan justru sebagai tantangan?)

Itu sama sekali tak ada pengaruhnya - antara satu sisi dengan sisi yang lainnya. Untuk dapat hidup sebagai seorang penulis, anda tak perlu sebuah keberhasilan mutlak dari seorang penulis buku. Pada waktu dulu, saat kami memulai, generasi saya, untuk menulis, sponsor dari stasiun Radio/TV mengambil peranan penting dalam beberapa hal pokok, dan sebenarnya saya sudah menjalaninya- katakanlah kami hidup awalnya dari bekerja di stasiun Radio/TV - mulai dengan pekerjaan tukang.

(Baiklah. Kemudian pertanyaan yang lain: terganggukah pekerjaan tukang atau pekerjaan jurnalistik dianggap bukan pekerjaan penulis yang sesungguhnya?)

Saya suka pekerjaan tukang juga, tapi saya pikir, orang harus mau menerima rintangan berat itu. Saya tak pernah menyesali ketidak berhasilan, saya juga tak akan bertanggung jawab pada masyarakat. Buku saya yang pertama, saya pikir, penerbit saya - telah memerlukan waktu selama tujuh tahun, untuk menjual 3000 eksemplar buku, itu karya saya yang termasuk tak paling jelek, seperti saya yakini, dari kejadian tersebut membuat pelajaran yang berharga bagi saya, lagi pula saya telah punya, bila suatu saat terjadi peristiwa darurat, suatu saat bila pekerjaan di ambil alih, bisa juga menghidupi keluarga saya.

(Sekarang ada satu yang mengganjal saya...Anda pernah ditanya - saya tak tahu lagi siapa yang bertanya -, buku anda yang mana yang anda sendiri paling sukai, dan saya pikir, Anda dulu pernah menjawab, bahwa anda tak mau menetapkan buku yang mana, tapi kalau sekarang ada sebuah keharusan, bukankah masih pada pilihan yang berjudul "Dimana kamu, Adam?" (Wo wars du, Adam?))

Ya, itu sebagai buku yang paling saya sukai, dan itu termasuk buku berat, saya kira saya perlu waktu 10 tahun untuk membuatnya, sebelumnya, orang tak pernah menyebut sebuah keberhasilan. Aneh khan, tapi sebenarnya tak ada hubungannya dengan buku-buku yang lain, diantaranya saya juga telah berhasil dengan buku-buku yang lain, dan tetap masih apa adanya dan bahkan tak mengalami kemerosotan. Saya pikir tergantung pada penafsiran sebuah keberhasilan, dan beruntung saya tidak menjadi manja.

(Ya, adakah...)

Membuat permasalahan menjadi ringan.

(Adakah hubungan antara kwalitas karya dan keberhasilan, atau bahkan tak bisa diartikan begitu?)

Tidak, itu benar-benar tak masuk akal, sampai sekarang, saya belum menemukan analisa. Ada buku-buku yang jelek, tapi berhasil dengan gemilang, dan ada buku-buku bagus - dan juga buku-buku jelek, yang sama sekali tak mendapatkan keberhasilannya, dan buku-buku yang bagus - tak ada aturannya. Menurut yang saya ketahui, mungkin faktor keberuntungan ikut menentukan?

(Saya melompat sedikit, saya tertarik sebagai berikut: Dorothy Parker pernah berpendapat:"Paling mudah menulis orang lain, adalah pada orang yang dibenci" (Am leichtesten lässt sich über Leute schreiben, die man hasst). Bagaimana anda mencermati pernyataan diatas?)

Saya pikir, cocoknya pernyataan itu di terapkan untuk wartawan dan dalam urusan kewartawanan - ambillah contoh seseorang seperti Karl Kraus, yang menurut saya, seorang yang memuakkan, tapi sekaligus juga seorang pecinta yang agung - itu termasuk di dalamnya...

(Heinrich Mann mungkin termasuk juga?)

Ya, tapi untuk menulis orang-orang, yang dibenci, saya tak bisa bayangkan, karena saya tak seorang pun, pada orang-orang tertentu yang saya benci dan juga yang membenci karya tulis saya. Ada istilah permusuhan, ada yang disebut perseteruan, yang merupakan sebagai bukti ungkapan dan sebuah hasil karya kewartawanan, tapi saya pikir, kebencian bukan sebagai pendorong yang terbaik, dasar kecintaan juga bisa sebagai pendorong, dan memang tidak sekali saja cinta pada sesuatu lalu muncul orang-orang dalam karya itu, melainkan begitu saja sebagai - sebut saja rasa keberadaan. Bagi seorang wartawan, saya bisa membayangkan, juga untuk sebuah karya kewartawanan, yang memang pada pekerjaannya dan dengan dasar tertentu sehingga membenci orang-orang tertentu pula - bagi seorang pendongeng cerita - kebencian bisa saja muncul, penampilan, semangat jaman, masalah-masalah politik, masalah-masalah masyarakat, tapi tak pernah menyangkut orang-orangnya, yang dia benci, untuk di tampilkan dengan jelas - saya pikir tak begitu.

(Tuan Böll, Pertanyaan saya yang terakhir: Kita sudah saling mengenal cukup lama dan saya tahu, bahwa anda sebenarnya tak menyukai jenis tanya-jawab atau perbincangan seperti ini. Mengapa anda lakukan sekarang?)

Pada prinsipnya saya lakukan juga, kadang-kadang berlawanan terhadap keyakinan saya, karena bagi saya sudah cukup jelas, karena saya terpaksa menjawabnya, dengan jawaban itu sudah menjadi beberapa penjelasan juga bagi saya sendiri, dan karena saya harap, juga bagi yang lainnya mengerti jawaban yang jelas dari saya itu.

Diterjemahkan oleh: Kang Bondet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar