Minggu, 26 Juli 2009

Lenin Dead

Lenin Dead

Essai Karya Trotsky

Diambil dari Kumpulan Esai, Buku, Aritikel, dan Pidato Leon Trotsky

http://www.marxists.org/archive/trotsky/works/index.htm

Terjemah: Kang Malaca - salatigaraya@hormail.com - kangmalaka@yahoo.co.uk

Lenin telah tiada. Kita telah kehilangan Lenin. Sakit yang dideritanya sekian lama, telah merenggut jiwanya. Obat tidak berdaya untuk mengabulkan apa yang harapan besar jutaan umat manusia.

Sudah berapa banyak orang yang tanpa ragu memberikan bantuan darah mereka, dengan harapan besar terhadap pemimpin besar mereka, yakni Lenin Ilyich yang tidak bisa digantikan itu, akan bisa sembuh. Tetapi science yang ada tidak akan mampu membikin keajaiban. Dan sekarang Lenin telah tiada. Kenyataan yang menghantam diri kita ini, sekeras hempasan karang raksasa yang jatuh ke laut. Mampukah kita menerima kenyataan ini?

Kaum pekerja di seluruh dunia tentu tak akan mampu menerima kenyataan ini; sebab musuh masihlah kuat, jalan masihlah panjang, dan tugas masihlah banyak. Riwayat terbesar ini, takkan pernah terlupakan. Kaum pekerja di seluruh dunia masihlah membutuhkan Lenin layaknya tak seorangpun dibutuhkan dalam sejarah dunia.

Serangan kedua yang datang, jauh lebih berat daripada serangan sakit pertamanya 10 bulan sebelumnya. Denyut-denyut nadi yang "berjalan" dengan konstan, menyampaikan ekspresi muka kecut para dokter, pertanda bahwa kehidupan Lenin tak bisa diselamatkan lagi. Kesembuhan atas sakitnya yang sebelumnya bisa diharapkan, hasilnya ternyata adalah malapetaka. Kita semua mengharapkan kesembuhannya, tetapi malapetaka terjadi. Pusat pernafasan otak tidak berfungsi dan menghentikan kerja otak yang sangat jenius itu.

Sekarang Vladimir Ilyich telah tiada. Partai telah kehilangan pemimpin. Para pekerja telah kehilangan pemimpin. Beginilah perasan yang dirasakan kita yang mendengar kabar akan meninggalnya guru dan pemimpin kita.

Bagaimanakah kemudian kita akan melangkah, akankah kita memperoleh jalannya, akankah kita tidak tersesat? Sebab Lenin, tidak lama bersama kita, Kawan!

Lenin telah tiada, tetapi Leninisme tetap abadi. Keabadian Lenin, doktrinnya, karya-karyanya, metode-metodenya, contoh-contohnya, akan terus hidup hidup di sanubari kita, hidup di partai yang dia bangun, hidup di sanubari negara pekerja pertama yang dia pimpin dan dia beri petunjuk.

Kita sekarang mesti mengatasi duka cita kita, kita semua mesti berterima kasih kepada kemurahan sejarah, yang melahirkan masa-masa bersama Lenin, bekerja dengannya, dan belajar darinya. Praktek partai kita adalah praktek Leninisme, partai kita adalah kepemimpinan bersama atas kaum pekerja. Setiap kita adalah bagian terkecil dari Lenin, dan Lenin adalah bagian yang terbaik dari kita semua.

Bagaimana kita akan berjalan? Dengan obor Leninisme di tangan kita. Akankah kita mendapatkan petunjuk jalan? - Dengan kebersamaan hati, dengan kebersamaan partai, kita akan menggapainya!

Dan besok, lusa, minggu depan, bulan depan, dan seterusnya, kita akan berkata,"Apakah Leninisme telah mati?" For his death will long seem to us an improbable, an impossible, a terrible arbitrariness of nature.

Barangkali kesedihan yang kita rasakan, tikaman-tikaman batin kita setiap waktu kita pikirkan sepeninggalan Lenin, menjadikan peringatan bagi setiap kita, menjadi seruan bahwa pertanggungjawaban kita semakin berat. Jadikan dirimu pemimpin yang berguna!

Duka cita, kesedihan, dan penderitaan, mesti kita balut dengan barisan-barisan kita dan kebersamaan hati. Kita mesti bersatu merapatkan barisan untuk perjuangan-perjuangan baru. Dan mari kawan-kawan sekalian, kita berseru untuk Lenin-Ilyich kita: Hidup Ilyich sang Pemimpin!

Pangkalan Tiflis, 22 Januari 1924,

L.T.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar